Meraih Satu Impian Menuju Sukses Menjadi Pengacara

0
933

Lumajang, Gempur News – Mulanya hanya mimpi. Namun ternyata itu adalah sebuah kenyataan bagi dirinya. Betapa tidak ! Lelaki berperawakan subur itu kini benar benar telah meraih mimpinya dengan mengantongi sertifikat Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi).
Adalah Mochammad Misdi SH MH, sosok pria yang telah 24 tahun menggeluti media. Dia adalah pemilik Surat Kabar Nasional Merdeka News dan juga Ketua Komunitas Forum Jurnalis Independen Nasional Lumajang (F-JINLU) Lumajang.

Kiprahnya sebagai wartawan, membuat dirinya banyak menyerap pengalaman dinamika sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat. Lebih lebih menyangkut masalah pendidikan. Dia begitu peduli dunia pendidikan. Terbukti banyak guru dan kepala sekolah yang dikenalinya. Kendati demikian, dia masih tetap bermimpi menjadi pengacara.

Ketika ditanya apa yang melandasi keinginannya menjadi pengacara, dia mengutarakan ketertarikannya pada para punggawa hukum di Indonesia yang telah banyak membela orang lemah dimata hukum. Itulah awalnya dia sekolah mengambil jurusan hukum S2 di Fakultas Widya Gama Malang.

Setelah menyelesaikan study S2 nya, Misdi terus menggali pengetahuan tentang hukum. Dia banyak belajar dari pengacara pengacara yang ada di Lumajang. Dia juga banyak membaca buku buku tentang perkembangan hukum di Indonesia. Tidak cukup dengan itu, dirinya terus aktif menggali informasi tentang bagaimana cara menjadi pengacara.

Sampai suatu ketika, berdasarkan informasi yang didapatkan dari seorang teman, kemudian Misdi mengikuti pendidikan khusus profesi advokat (PKPA) yang dilaksanakan oleh organisasi advokat di Jember dilanjutkan mengikuti Ujian Profesi Advokat di Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) hingga memperoleh sertifikat. Kini, Misdi telah memiliki sertifikat Peradi.

Terkait profesi itu, Misdi mengaku profesi Advokat sangat mulia karena keberadaannya juga bisa disebut pembela publik. Oleh sebab itu dirinya berjanji tidak akan menyia nyiakan profesi yang segera akan digelutinya tersebut.

Sebagai anak tukang roti keliling, Misdi merasa bersyukur bisa seperti ini. Dalam situasi seperti apapun dia tak kan melupakan jasa almarhum kedua orang tuanya. Masih segar dalam ingatannya, bagaimana mereka merawat dan mendidik dirinya, memanjakan dirinya sejak kecil.

Mengenang jasa kedua rang tuanya itu, air mata Misdi sempat menetes, apa lagi ketika suntuk dirumah lagi tak bekerja, tanpa sengaja tiba tiba melihat barang peninggalan orang tuanya yang masih tersimpan di lemari, rasanya ingin menjerit. Perasaan rindu menyeruak dan merogoh bathinnya sangat dalam. Betapa tidak ! Dirinya teringat bagaimana ayahnya berjuang menyekolahkan anaknya dengan mendorong gerobak roti sepanjang hari di jalanan.

Ya Allah… Ampunilah dosa kedua orang tuaku, terimalah maaf mereka. Leluasakan kuburnya. Tempatkan mereka di Surgamu ya Rab. Tanpa terasa sering terucap kata itu dari bibirnya lebih lebih dalam sujudnya.

Memang, diakui olehnya bahwa dirinya memiliki mimpi, harapan dan cita-cita. Mewujudkan mimpi disadarinya tidak datang dengan sendirinya, melainkan memerlukan berbagai macam usaha dan pengorbanan. Dia juga merasakan bagaimana susahnya melakukan usaha. Berbagai hambatan dan rintangan terus dihadapinya.

Akhirnya, ditahun penuh sejarah ini, dimana wabah corona melanda dunia, seorang anak manusia bernama Mochammad Misdi SH MH telah berhasil menggapai mimpi mimpinya. Dihatinya bersemayam keinginan untuk bisa menjadi pengacara yang handal.

Dalam sujudnya dia selalu memohon : Ya Allah…, Dengan menyebut namaMu yang maha pengasih lagi penyayang, segala puji bagiMu, Engkau telah wujudkan mimpiku. Kini aku telah meggapai satu diantara pelangi di langit biru.

Sejujurnya, logika ini terkadang mengganggu batinku kala rinduku pada ayah ibu menyeruak dalam jiwa. Ayahku meninggal 3 tahun yang lalu dan ibuku menyusul selang tak seberapa lama. Tentu saja semakin kusadari bahwa rasa rindu itu tidak akan berhenti di tahun-tahun selanjutnya.

Dulu, kata orang-orang semakin engkau dewasa, semakin mampu engkau mengontrol dirimu sendiri.Tapi rasanya itu tidak berlaku ketika aku mengalami kehilangan kedua orang tuaku. Tetap saja rasanya ada yang hilang, ada yang kurang, dan tidak terkatakan.
Kepergian kedua orang tuaku seolah telah meninggalkan kekosongan bathin yang tidak terjelaskan. Begitu sulitnya untuk diungkapkan.

Begitu dalamnya rinduku pada mereka. Namun sesungguhnya mereka benar benar sudah tiada. Andaikan mereka masih ada, tentu mereka akan bangga melihat anaknya berhasil menjadi pengacara. “Disamping itu pula Keberhasilan yang saya raih ini tidak lepas dari dukungan dan semangat dari Istri juga anak – anakku,” kata Misdi.

Kemudian, dengan mengucap bismillahirrohmanirokhim, aku mohon do’a restu dan dukungan semua teman teman wartawan di Lumajang, lebih khusus teman teman yang tergabung di Forum Jurnalistik Independen Nasional Lumajang, F-JINLU, lebih khusus teman – teman wartawan Surat Kabar Nasional Merdeka News. Melalui kerja sama dan kerja keras, Insya Allah aku mampu membangun kesadaran bahwa aku harus bisa menjalankan profesiku sebagai pengacara handal yang tetap menjaga kepercayaan klien.

Aku menyadari, pengalaman bertemu dan berteman dengan benyak orang membuat aku mantap menjadi pembela publik. Disaat seperti ini, aku merasa jiwaku terpanggil untuk menjadi pengacara. Jawabannya, aku telah bersedia menerimanya dengan tulus ikhlas karena kusadari sebagai manusia aku harus bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi semua. Semoga Allah memberikan ridhonya. Amin.” Kata Misdi. (Duk)