PERTANDA ALAM, IMPIAN DAN HARAPAN YANG TERSISA DARI KIRAB BUDAYA DAN BERSIH DESA NGADILANGKUNG

0
855

GempurNews. Com – Indonesia – Jawa Timur – Kabupaten Malang

Entah kebetulan atau tidak, kenyataan yang kita lihat dari sisa – sisa kirab budaya dan bersih desa Ngadilangkung beberapa hari yang lalu disebuah warung kopi (Rabu, 26 September 2018).

Pepatah mengatakan kenyataan hari ini adalah mimpi kemarin, sedangkan mimpi kita dihari ini akan menjadi kenyataan esok hari.

Impian tidak akan pernah menjadi nyata tanpa ada usaha dari kita sendiri untuk mewujudkannya. Tentu saja ini membutuhkan niat, usaha yang sungguh – sungguh dan tekad yang kuat untuk berhasil.

Setiap orang berhak menjadi apa saja yang mereka inginkan ketika sedang bermimpi karena tidak ada satu orangpun yang dapat melarang kita bermimpi.

Keberadaannya dapat menjelma menjadi satu sumber inspirasi yang tidak kita bayangkan sebelumnya.

Coba kita ingat – ingat kembali pada pemilihan Kepala Desa Ngadilangkung di tahun 2014, siapa yang mengira dan menyangka jika bapak SLAMET SUPRAYITNO (Kepala Desa Ngadilangkung yang sekarang) terpilih dan mampu memimpin masyarakat Desa Ngadilangkung? padahal kita mengetahui bersama siapa lawannya? Ujar seseorang yang mengaku tetua desa setempat.

Obrolan semakin hangat, tanpa sengaja, ketika awak media GEMPUR membuka file foto foto pada acara kurab budaya bersih desa Ngadilangkung, dengan jari keriputnya tetua tersebut menunjuk, “Lihat mas, pak Kepala Desa sambil berjalan kaki menuju panggung kehormatan saja diikuti oleh DUA perempuan yang datangnya entah dari mana, coba lihat tuh, penyerahan tali asih saja dilakukan oleh DUA orang secara bersamaan, terus lihat nich penampilan DUA Ogoh – Ogoh yang diusung oleh peserta yang mengikuti kirab budaya, coba amati gambar DUA lingkaran berbentuk bunga diatas kepala, tuh tuh lihat lagi DUA pemimpin Kepanjen yang lagi berjoged mestinya ada tiga yaitu satunya pak tentara (dalam hati tetua ini paham juga nich tentang sinergi tiga pilar), sambil melotot tetua menunjuk lagi, “Liat tuh bunga kertas yang ada diatas pundak anak perempuan dan lihatlah tombak kembar dari prajurit itu, lah itu mas cincin batu yang dipakai pak Camat juga DUA, Nah… nah ini lagi DUA wanita berjilbab dibawah panggung kehormatan. Itu semua sudah jadi pertanda alam kalau pak Kepala Desa yang sekarang diramalkan akan memimpin Desa Ngadilangkung untuk periode berikutnya.. he… he.. he…, ucapnya sambil terkekeh kekeh.

Rupanya tetua ini juga belum puas melihat lihat gambar kirab budaya yang ada di handphone awak media. Tiba tiba tetua menunjuk lagi gambar yang berupa spanduk. Dengan semangatnya tetua berkata, “Mas… mas… mas Gempur begitu beliau memanggil, padahal sudah berkenalan sebelumnya. Coba dilihat mas angka angka yang terdapat di dalam spanduk itu, angka RT 05 RW 03 lalu hitung angka 05 dikurangi dengan angka 03 hasilnya adalah 02 (DUA), terus angka tahun dibawahnya adalah 2018 ayo kita pisahkan angka 20 dikurangi angka 18 hasinya ya tetap 2 (DUA) iya khan iya khan, “timpalnya lagi. Foto itu mas GEMPUR ngambilnya nggak sengaja khan? Itu spontanitas saja khan? Mas GEMPUR bingung yah? Pegangan saja Mas Gempur biar gak bingung… Ha… Ha… Ha… Ha.