LUMAJANG – Romli (50) adalah seorang petani kapulaga yang berada di Desa Bedayu Talang Kecamatan Gucialit Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Suatu hari kami berdua saling bertemu di kebun kapulaga miliknya. Kami berbincang diantara perdu tumbuhan jamu itu.
Sudah cukup lama ia menekuni dunia hortikultura, yang awalnya hanya pada lahan yang tidak begitu luas. Meskipun demikian dirinya cukup sabar untuk mengembangkan tanaman ini.

Dalam perjalanan merawat tanaman kapulaga milikya, Romli mengaku cukup banyak tantangan dan masalah yang dihadapi. Mulai dari perambahan lahan tanam yang ditumbuhi tanaman hingga masalah budidaya tanaman .
Romli tergolong pribadi hangat dengan cita-cita tinggi dan memiliki pandangan yang jauh ke depan. Cita-citanya untuk menjadi petani holtikultura yang sukses tidak cuma ia suarakan dengan lisan, tapi ia tunjukkan dengan aksi nyata.
“Saya mempunyai impian, suatu saat tidak lagi hanya menjadi petani kapulaga, tapi akan menjadi penghasil produksi hortikultura unggul dan berdaya saing,” ungkapnya saat ditemui media ini di kebun, Kamis (30/09/2021).
Untuk diketahui, kapulaga merupakan tanaman tahunan berupa perdu dengan tinggi 1,5 m, berbatang semu, buahnya berbentuk bulat, membentuk anakan berwarna hijau.
Kapulaga mempunyai daun tunggal yang tersebar, berbentuk lanset, ujung runcing dengan tepi rata. Pangkal daun berbentuk runcing dengan panjang 25-35 cm dan lebar 10-12 cm, pertulangan menyirip dan berwarna hijau.
Batang kapulaga disebut batang semu, karena terbungkus oleh pelepah daun yang berwarna hijau, bentuk batang bulat, tumbuh tegak, tingginya sekitar 1-3 m.
Batang tumbuh dari rizome yang berada di bawah permukaan tanah, satu rumpun bisa mencapai 20-30 batang semu, batang tua akan mati dan diganti oleh batang muda yang tumbuh.
Kapulaga berbunga majemuk, berbentuk bonggol yang terletak di pangkal batang dengan panjang kelopak bunga 12,5 cm di kepala sari terbentuk elips dengan panjang 2 mm, tangkai putik tidak berbulu, dan berbentuk mangkok.
Memiliki mahkota berbentuk tabung dengan panjang 12,5 mm, berwarna putih atau putih kekuningan. Mahkota berbuah kotak dengan biji kecil berwarna hitam.
Saat ditanya penghasilan dari menanam kapulaga, Romli tertawa kecil sambil memgatakan : “Ah luas tanaman saya cuma segini mas, dan lagi harga kapulaga kan naik turun. Sekarang harga per kilo Rp 100 ribu,” ucapnya.
Salah satu komoditas rempah Indonesia ini semakin diminati pasar ekspor dengan indikasi permintaan dari negara lain terus meningkat.
Di Indonesia, terdapat dua jenis kapulaga, ada kapulaga lokal dan juga kapulaga sabrang dari India, tetapi pada umumnya, para petani lebih memilih untuk menanam jenis lokal.
Kapulaga adalah salah satu rempah yang banyak diminati masyarakat. Tak hanya untuk bahan masakan namun juga dibutuhkan untuk industri makanan, minuman hingga farmasi.
Tak hanya pasar dalam negeri, permintaan rempah ini di pasar internasional juga semakin meningkat. Di Indonesia, pertanaman kapulaga tersebar di 20 provinsi di Indonesia, terluas di Jawa Barat yang mencapai lebih dari 27 ribu meter persegi dengan produksi 62.923 ton. (bam).


