Menjaga nama baik adalah aset tak ternilai yang menjadi cerminan karakter dan reputasi seseorang. Hal ini semakin penting ketika seseorang menduduki posisi strategis seperti Ketua DPRD. Sebagaimana dikatakan oleh Warren Buffett dalam bukunya The Essays of Warren Buffett: Lessons for Corporate America, “It takes 20 years to build a reputation and five minutes to ruin it. If you think about that, you’ll do things differently” (hal. 89). Kutipan ini mengingatkan kita bahwa menjaga nama baik memerlukan usaha berkelanjutan, tetapi bisa hilang seketika karena kelalaian.
Seorang pemimpin harus berpegang teguh pada integritas untuk menjaga nama baiknya. Dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People, Stephen R. Covey menulis, “Trust is the glue of life. It’s the most essential ingredient in effective communication. It’s the foundational principle that holds all relationships” (hal. 203). Covey menekankan bahwa kepercayaan adalah landasan utama dalam membangun hubungan, termasuk hubungan antara pemimpin dan masyarakat.
Kepercayaan publik adalah aset yang harus dijaga oleh pemimpin. Dalam bukunya On Leadership, John Gardner menyatakan, “The first and last task of a leader is to keep hope alive in the people they lead” (hal. 57). Kepercayaan masyarakat terhadap seorang pemimpin dapat memengaruhi stabilitas sosial dan efektivitas pemerintahannya.
Menjaga nama baik berarti menolak segala bentuk penyalahgunaan kekuasaan. Dalam bukunya Moral Leadership, Deborah L. Rhode menulis, “Leadership is not about personal enrichment; it’s about creating value for others” (hal. 123). Rhode menegaskan bahwa kepemimpinan sejati adalah pelayanan, bukan alat untuk memperkaya diri sendiri.
Seorang pemimpin harus menjadi teladan dalam menjaga nama baiknya. Dalam buku Leadership in Turbulent Times karya Doris Kearns Goodwin, disebutkan bahwa “True leadership requires a commitment to principles larger than personal ambition” (hal. 98). Pemimpin yang baik adalah mereka yang mendahulukan kepentingan umum dibandingkan ambisi pribadi.
Setiap tindakan seorang pemimpin memiliki dampak yang luas, sehingga tanggung jawab moral dan etika harus diutamakan. Dalam bukunya Ethics for the Real World, Ronald A. Howard dan Clinton D. Korver menulis, “Ethical decisions have long-term consequences, often beyond the immediate context” (hal. 45). Ini menunjukkan bahwa tanggung jawab moral seorang pemimpin berdampak pada masa depan masyarakat.
Nama baik seorang pemimpin akan menjadi warisan yang dikenang generasi mendatang. Dalam bukunya Legacy, James Kerr menulis, “Be a good ancestor. Plant trees you’ll never see” (hal. 34). Pemimpin yang menjaga nama baiknya meninggalkan warisan moral yang berharga bagi penerusnya.
Dengan demikian, menjaga nama baik adalah tanggung jawab besar yang mencerminkan integritas dan komitmen seseorang terhadap masyarakat.
Penulis : Slamet Efendi, A.ma,. S. Pd.I,
Lahir : Lumajang, 19 Juli 1984, Guru, Juga menempuh Jurusan Hukum, Proses menyelesaikan Studi S2 M.H dan M.Pd di Unmuh Sidoarjo, Pemerhati Pemangku Kebijakan, aktif in Organisation Non Government, Mondok 7 Thn, Anggota Lembaga Pengawasan Kebijakan Pemerintah & Keadillan 2023 – 2024, Aktif di Lembaga Bantuan Hukum Advokasi Publick di Lumajang Periode 2023 – 2028), Aktif di Lembaga Swadaya Masyarakat LBSI Divisi Hukum.


