Pasuruan, Gempurnews.com – Musim kemarau yang begitu panjang mengakibatkan tanah dan pohon kekeringan tampak banyak sekali debu yang berterbangan ke dedaunan sehingga tanaman banyak yang rusak dan layu kamis 17/10/19
Seperti halnya yang di dusun Brintik Desa Benerwojo Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan, pencemaran lingkungan tak terhindarkan lagi, menyebabkan pengelolahan lahan pertanian sudah tidak bisa di tanami lagi.
Pergantian musim itu sudah biasa setiap tahun silih berganti musim kemarau atau musim hujan sehingga masyarakat petani sudah bersiap siap menghadapi pergantian musim sekaligus tanaman yag cocok untuk di tanam di lahan sesuai dengan musimnya
Namun sekarang suasana sudah berubah di karenakan investor semakin banyak melakukan perluasan tambang batu di desa benerwojo sebagian lahan sudah tidak hijau lagi akibat penggalian batu yang memakai alat berat (exacator) semakin dekat lahan petani dàn perkampungan membuat lingkungan rusak dan debu yang berterbangan ke tanaman padi petani sehingga rusak dan gagal panen.
Seperti yang di tuturkan oleh ibu jamsiati, dia mengeluhkan hasil tanaman padinya mengalami penurunan, sebelumnya biasanya bisa mencapai 2 ton setiap panen tapi sekarang sudah menurun.
Dikatakannya hasil bertaninya tak bisa lagi bagus selalu rusak semenjak adanya penggilingan batu yang di lakukan oleh PT Merak jaya dan PT BGN.
Limbah dari kedua PT yàng beraktifitas melewati perkampungan setiap hari apalagi di musim kemarau, saat tanah kering berdebu bisa merusak tanaman padi.
Kondisi ini mendapat sorotan tajam dari aktifis pencinta lingkungan yang ada di Pasuruan.
Abdul Holik aktifis senior pencinta lingkungan pasuruan membenarkan atas keluhan dari beberapa warga yang terkena dampak dari kegiatan pertambangan pecah batu tersebut.
Dia sangat menyayangkan kegiatan para investor pertambangan yang kini luasnya sudah mencapai puluhan hektàr lebih, juga kurang perdulinya dengan lingkungan juga kontribusi kerugian yang di alami masyarakat sekitarnya.
“Saya sangat menyayangkan adanya investor pertambangsn yang kurang memperhatikan dampak lingkungan, serta kurangnya kepeduliannya terhadap warga sekitarnya” ungkap M Holik dengan tegas.
Sampai berita ini di turunkan, kedua pengusaha tambang tersebut belum berhasil di temui. (arie)